Tambrauw – Berlangsung Tertutup Pertemuan yang melibatkan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dengan sejumlah pemimpin komunitas Muslim Amerika digelar secara diam-diam di New York pada pekan ini.
Pertemuan tersebut berlangsung tanpa peliputan media dan jauh dari sorotan publik, namun bocoran informasi dari berbagai sumber menyebut fokus utama diskusi adalah situasi kemanusiaan di Gaza.
Pertemuan itu diprakarsai oleh beberapa tokoh komunitas Muslim yang aktif dalam diplomasi akar rumput dan advokasi isu Palestina di Amerika Serikat.
Menurut sumber internal, Trump menerima undangan untuk bertemu dalam kapasitasnya sebagai tokoh politik nasional dan bakal calon presiden dari Partai Republik untuk Pemilu 2024.

Baca Juga : Deretan Pensiunan Tentara Jadi Pejabat Tinggi BGN Urus MBG
Dalam pertemuan yang digelar secara privat di sebuah hotel mewah, sekitar 15 tokoh Muslim hadir mewakili organisasi dan komunitas dari berbagai negara bagian.
Isu utama yang diangkat adalah penderitaan rakyat Palestina di Jalur Gaza akibat eskalasi militer Israel yang terus berlangsung hingga kini.
Para pemimpin Muslim menyampaikan kekhawatiran mendalam atas krisis kemanusiaan yang disebut telah mencapai titik terburuk dalam dua dekade terakhir.
Mereka menyerukan perlunya peran aktif Amerika Serikat untuk mendorong gencatan senjata dan membuka jalur bantuan kemanusiaan tanpa hambatan.
Trump mendengarkan masukan-masukan tersebut dengan serius, meski belum memberikan komitmen konkret dalam pertemuan tersebut.
Namun, ia menyampaikan bahwa “tidak boleh ada penderitaan rakyat sipil yang tidak berdosa,” menurut salah satu peserta pertemuan.
Selain isu Gaza, diskusi juga menyentuh soal Islamofobia di Amerika Serikat, terutama meningkatnya sentimen anti-Muslim di tengah ketegangan politik global.
Beberapa tokoh Muslim meminta Trump untuk menggunakan pengaruhnya meredakan retorika yang memecah belah umat beragama.
Mereka mengingatkan bahwa narasi anti-Muslim hanya memperkeruh situasi dan membahayakan warga Muslim di AS.
Trump disebut merespons hal ini dengan menyatakan bahwa ia “tidak menentang agama mana pun,” dan bersedia membuka dialog yang lebih luas Meskipun berlangsung tertutup pertemuan ini menjadi
















