Tambrauw – KPK Ungkap Cara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkap fakta mengejutkan terkait cara mantan Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer alias Noel meminta hadiah mewah kepada bawahannya demi menyamarkan praktik koruptif.
Dalam pernyataan resmi Ketua KPK, Setyo Budiyanto, Noel bertanya kepada Irvian Bobby Mahendro (IBM) — pejabat Koordinator Bidang Kelembagaan dan Personil K3 — “Kalau untuk saya cocoknya motor apa?”
Irvian, yang dijuluki oleh Noel sebagai ‘sultan’ karena dikenal memiliki banyak uang, kemudian membelikan motor Ducati dan mengirimkannya ke rumah anak Noel.
Baca Juga : AS Warning Udang RI Kena Radioaktif, Menteri LH Langsung Turun Tangan
KPK mencurigai motor tersebut dibeli off the road tanpa dokumen resmi seperti BPKB dan STNK, diduga untuk menyembunyikan sumber transaksi.
Motor yang disita adalah Ducati Scrambler Nightshift warna biru, dibanderol sekitar USD 12.395—atau kurang lebih Rp 199 juta.
Noel diduga juga menerima uang tunai sebesar Rp 3 miliar dari Irvian sebagai bantuan untuk renovasi rumahnya di Cimanggis.
Aliran uang tersebut terjadi sekitar Desember 2024, hanya dua bulan setelah Noel dilantik sebagai Wamenaker pada Oktober 2024.
Praktik pemerasan terhadap pengurusan sertifikat K3 yang semestinya dibayar Rp 275 ribu namun dibebankan hingga Rp 6 juta ini sudah berlangsung sejak 2019. Total aliran dana diperkirakan mencapai Rp 81 miliar.
Di antara para pelaku, Irvian menerima porsi terbesar—sekitar Rp 69 miliar—melalui perantara.
Noel dan Irvian beserta sembilan orang lain telah ditetapkan sebagai tersangka KPK per Jumat, 22 Agustus 2025, dan langsung ditahan.
Pada hari yang sama, Presiden Prabowo Subianto mencopot Noel dari jabatannya sebagai Wamenaker—menegaskan komitmen anti‑korupsi pemerintah.
Motor Ducati itu kini berada di rumah anak Noel dan belum terdaftar secara resmi, memperkuat dugaan penelusuran dan penimbunan aset ilegal.
KPK menyita berbagai barang bukti lain: uang tunai miliaran rupiah, 15 mobil, dan 7 sepeda motor.
Motif pembelian “off the road” serta penggunaan motor tanpa surat diyakini sebagai upaya menutup jejak transaksi korupsi.
Selain motor dan uang, Noel juga disebut membiarkan praktik pemerasan K3 tetap berjalan agar dirinya mendapatkan keuntungan, tanpa melakukan kontrol.
KPK menilai Noel mengetahui penuh dan menikmati keuntungan dari praktik ilegal tersebut—sehingga masuk kategori suap dan gratifikasi.
Jutaan buruh dan pihak pemohon sertifikasi K3 menjadi korban, membayar jauh melebihi biaya semestinya karena tekanan sistemik dan permintaan ilegal.
Spektrum kasus ini menunjukkan betapa dalamnya jaringan pemerasan di lingkungan Kemnaker, melibatkan pejabat hingga level Wamenaker.
Pemberian barang mewah tersebut—motor Ducati—menjadi simbol eskalasi korupsi dari hanya uang tunai hingga dalam bentuk aset mewah tersembunyi.
