Tambrauw – Terduga Pencuri Tewas Suasana di depan Mapolres mendadak memanas. Bukan karena demo politik atau kasus besar, melainkan karena seorang ibu menangis di pelataran kantor polisi, sambil menggenggam foto anaknya yang baru saja dikubur.
Anaknya, seorang pria muda, meninggal dunia tak lama setelah ditangkap polisi dengan tuduhan pencurian. Namun yang membuat keluarga berang bukan soal hukum, tapi soal bagaimana anak itu kembali—bukan dalam keadaan hidup, tapi sudah tak bernyawa.
Kronologi: Dari Penangkapan, Lalu Pemakaman
Peristiwa bermula saat aparat kepolisian menangkap korban (sebut saja R), yang dituduh terlibat kasus pencurian motor di kawasan [lokasi]. R ditangkap bersama satu rekannya, tanpa surat penangkapan yang jelas menurut pihak keluarga.
Beberapa jam setelah penangkapan, keluarga mendapat kabar mengejutkan: R meninggal dunia di tahanan
“Kami diberi tahu anak kami kejang-kejang, katanya kena serangan jantung. Tapi tubuhnya penuh luka! Itu bukan serangan jantung,” teriak ayah korban, di depan Mapolres.
Tubuh Penuh Luka, Versi Polisi dan Keluarga Beda Arah
Dalam pernyataan resmi, pihak kepolisian menyebut R mengalami kondisi medis mendadak dan sempat dilarikan ke rumah sakit, namun tak tertolong. Namun, keluarga yang ikut memandikan jenazah mengaku menemukan banyak luka memar dan bekas lebam di tubuh korban.
“Ini bukan soal anak saya benar atau salah. Tapi dia ditangkap hidup-hidup, kenapa pulang tinggal nama?” ucap ibunya dengan mata sembab.
Geruduk Mapolres: Tangis, Emosi, dan Tuntutan Jawaban
Merasa ada kejanggalan, puluhan anggota keluarga dan warga sekitar mendatangi Mapolres [nama kota], menuntut kejelasan dan transparansi penyebab kematian R. Mereka membawa poster bertuliskan “KAMI MAU KEADILAN” dan “JANGAN MATIKAN HUKUM DENGAN KEKERASAN.”
Situasi sempat tegang namun akhirnya terkendali setelah perwakilan keluarga diterima masuk dan berdialog.
Kematian Dalam Tahanan: Isu Lama yang Belum Selesai
Kasus seperti ini bukan yang pertama. Kematian tahanan dalam proses hukum seringkali menyisakan pertanyaan besar. Apakah benar karena kondisi medis? Apakah ada kekerasan? Atau justru ada praktik yang tak semestinya di balik tembok tahanan?
Lembaga bantuan hukum yang turut memantau kasus ini menyatakan akan mendorong autopsi independen dan meminta Komnas HAM turun tangan.
